Tiba-tiba saja aku dan seorang teman berencana berlibur ke Kuala Lumpur dan Melaka. Kami pilih akhir pekan di bulan Mei yang kebetulan adalah hari ulang tahun kami. Jadi, perjalanan kali ini semacam hadiah untuk diri sendiri.
Ini akan jadi pengalamanku yang kedua datang ke Kuala Lumpur dan yang pertama ke Melaka. Bagi temanku, ini akan jadi pengalaman pertamanya ke luar negeri.
Kenapa Kuala Lumpur dan Melaka?
Menurutku, biaya transportasi, akomodasi, makan masih tergolong murah (terjangkau)*. Selain itu, bahasanya tidak berbeda jauh. English is a must, but somehow when they see your face, they will talk in Melayu.
*Rate tukar saat itu (9 Mei 2018) RM1 = Rp3.600
Kenapa hanya akhir pekan? Benar-benar cuma sabtu dan minggu?
Meskipun ada hari kejepit, tapi berhubung temanku sulit mendapatkan cuti, kami benar-benar hanya punya kesempatan di hari sabtu dan minggu. Namun, jadi pilihan yang tepat karena ketika menurut kalender ada libur panjang, di Malaysia sedang berlangsung Pemilu Raya dan situasi dan kondisi di sana cukup "panas". Jadi, ketika kami di sana, suasana sudah cukup tenang dan kondusif.
Meskipun ada hari kejepit, tapi berhubung temanku sulit mendapatkan cuti, kami benar-benar hanya punya kesempatan di hari sabtu dan minggu. Namun, jadi pilihan yang tepat karena ketika menurut kalender ada libur panjang, di Malaysia sedang berlangsung Pemilu Raya dan situasi dan kondisi di sana cukup "panas". Jadi, ketika kami di sana, suasana sudah cukup tenang dan kondusif.
Kami berangkat naik pesawat pada 12 Mei 2018 yang dijadwalkan pukul 01:30. Sayangnya sempat delay dan baru take off kalau tidak salah ingat hampir pukul 02:30. Menurutku ini gak terlalu masalah sih karena biar sampai KL langit sudah mulai terang. Ah, ada kejadian yang menurutku sedih tapi lucu. Aku lupa kasih tau temanku kalau penerbangan internasional hanya diperbolehkan bawa cairan (parfum, sabun, pelembab, dan sejenisnya) maksimal 100ml. Nah, dia bawa parfum, memang sih tinggal sedikit, tapi ukuran botolnya >100ml. Berakhir harus direlakan. Dia sempat muring-muring ke aku karena gak kasih tau. Uhuuu maaf mas, aku lupa..
Jalan menuju gate |
Sekitar pukul 06:00 waktu KL*, mendarat di KLIA2 dan urus imigrasi. Alhamdulillah antrian imigrasi masih sepi dan gak ada masalah. Hal yang ditanyakan petugas pun, hal-hal sesuai SOP saja.
Selesai itu, kami cari toko SIM Card. Waktu pertama kali ke KL, beli SIM Card Traveler di konter kecil dekat eskalator naik menuju departure hall. Kala itu beli Hotlink seharga RM35 dan petugas akan pinjam paspor untuk pendataan. Kali ini kami ke toko langsung. Toko-toko ada setelah keluar imigrasi, di gateway@klia2. Itu semacam mall di dalam bandara. Kami beli provider Digi seharga RM20 dan tanpa harus menunjukkan paspor. Awalnya kami berniat get lost. Gak mau diganggu sama urusan media sosial, chat, dan sejenisnya, tapi, kepikiran tuh buat cek maps atau pesan grab/uber ketika sampai di Melaka Sentral menuju hotel. Akhirnya, diputuskan beli satu SIM Card aja buat maps atau sesekali tethering buat hubungi keluarga. Oya, toko provider Digi gampang banget ditemukan. Warnanya kuning mentereng, sangat eye catching.
Selanjutnya kami mencari konter tiket bus untuk menuju KL Sentral. Cukup RM12 per orang dengan waktu tempuh kurang/lebih 1 jam perjalanan. Kalau mau lebih cepat, bisa naik KLIA Transit atau KLIA Express seharga RM55 dengan waktu tempuh 30 menit saja untuk sampai ke KL Sentral. Waktu kami beli tiket, dapat nomor kursi di belakang. Saat di dalam bus, kami duduk di mana saya. Sepertinya kalau bus tidak penuh, boleh duduk tidak sesuai nomor kursi. Bus dari dan ke KL Sentral banyak ya. Dua kali ke sana, gak pernah ngeh beli tiket bus apa. Pokoknya pas keluar, udah ada bus, langsung tanya "KL Sentral?" nanti petugas akan jawab "Ya" sambil cek tiket kami.
Ohya, mungkin ketika naik bus akan sebel karena lampu di dalam bus mati. Sepertinya karena gak mau ganggu penumpang yang sudah naik dan mulai terlelap. Maklum saja, masih pagi buta ketika sampai di KLIA2. Mungkin kalau sampai di KLIA2 sudah terang, bus tidak gelap karena diterangi cahaya matahari.
Sepanjang perjalanan ke KL Sentral kami tertidur. Bangun-bangun sudah hampir sampai di KL Sentral. Tempat pertama yang dikunjungi adalah minimarket mynews.com. Beli sarapan nasi lemak RM1.90 dan onigiri fried salmon RM4. Onigiri sih yang favorit banget! Pas pertama kali ke sini, pas hari kerja. Rame orang beli buat sarapan. Si onigiri fried salmon tinggal satu satunya. Nah, kemaren masih banyaaaakkk.. Jadi ambil lebih buat bekal. Siapa tau pas lagi eksplor keburu lapar. Kan bisa dijadiin pengganjal perut. Eksplor kali ini bakal sambil gendong tas. Kalau kata mas (ini panggilanku untuk teman perjalanan kali ini), biar berasa perjuangannya. Aku sih manut aja karena kalau sewa loker, sekitar RM20 untuk ukuran yang muat dua tas ransel.
Tujuan pertama, awalnya mau ke Thean Hou Temple. Berhubung kita salah jalan keluar, akhirnya langsung ke Batu Caves. Jalur KTM menuju Batu Caves sedang perbaikan, jadi kami harus naik bus ke stasiun Sentul. Bus bisa dinaiki di tempat naik/turun bus-bus yang menuju KLIA/KLIA2 dan Genting. Layanan bus ini gratis ya. Dari stasiun Sentul-stasiun Batu Caves naik kereta. Harga tiket PP RM5 dan kereta berjalan setiap 30 menit sekali. Kalau pintu kereta tertutup, tapi belum jadwalnya berangkat, pencet aja tombol di pintu. Nanti pintu kereta bakal terbuka dan bisa dinaiki. Hihihihi ini pengalaman sih ketika pas sampai stasiun antri beli tiket, ku lihat pintu kereta terbuka. Ketika kita sudah masuk stasiun, pintu kereta tertutup. Kami cuma pasrah menunggu sambil berucap, "Ih, keretanya belum jalan. Harusnya kita bisa naik nih daripada nunggu yang selanjutnya."
Tak lama, pintu kereta terbuka dan kami buru-buru naik. Setelah itu baru sadar kalau tombol di pintu itu fungsinya untuk buka tutup ketika kereta masih menunggu jadwal keberangkatan.
Dari stasiun Batu Caves sampai tempat patung Lord Murugan gak jauh. Bisa dikatakan, stasiun Batu Caves sama dengan lokasi tujuan turis. Gak usah bingung ketika sampai dan tak ada petugas yang bisa kita tanya. Ikuti aja jalan keluar dan most people tujuannya pasti ke arah patung Lord Murugan. Ketika sampai sana, menurutku tak seramai ketika pertama kali ke sana. Sepertinya di sana sedang ada perayaan atau memang jadwal ibadah karena banyak pedagang makanan dan umat hindu yang beribadah.
Misi kali ini, naik ke Batu Caves!
Kalau kata mas, "Udah sampe sini masa gak naik sih?"
Aku mah manut aja. Ternyata tangga menuju bagian dalam cukup terjal. Maksudnya gak landai seperti tangga pada umumnya. Jadi mesti hati-hati, apa lagi sambil gendong tas!
Ketika di sana, banyak bagian yang sedang dipugar. Oya, selain di sana banyak burung dara, hati-hati juga karena banyak monyet. Sebetulnya mereka gak akan ganggu kalau kita juga gak ganggu mereka. Beberapa kali lihat turis asing mencoba ambil foto mereka dari jarak dekat dan sang monyet tetap stay cool. Gak ada tuh adegan sang monyet mencoba ambil kamera atau mencoba mencuri benda-benda kita. Ada sih kejadian yang bikin kaget. Sepertinya ada orang yang mencoba menyodorkan makanan ke monyet, tapi gak berani. Tiba-tiba aja sang monyet lompat, tapi makanan jatuh. Akhirnya terdengar jeritan dan suara benda jatuh.
Ada apa di dalam Batu Caves?
Jadi, itu beneran caves, gua, yang letaknya di atas (makanya kalau mau lihat bagian dalam harus menaiki anak tangga dulu) dan dibagian dalam banyak patung-patung dan tempat ibadah umat hindu. Bagian dalam ada bolongan besar, jadi sinar matahari tetap masuk dan juga sudah dipasang lampu tembak. Jadi jangan khawatir gelap. Yang aku salut sama temple hindu di sini adalah penuh warna! Suka bertanya-tanya dan takjub sendiri sama orang yang mengecat patung-patungnya.
Dari Batu Caves kita berencana ke sekitaran Masjid Jamek, Dataran Merdeka, Petaling Street. Awalnya ku pikir setelah balik ke stasiun Sentul, harus naik bus ke KL Sentral, baru lanjut ke Masjid Jamek. Padahal menurut transit map dan kalau jalur tidak sedang diperbaiki, kita bisa naik sampai Stesen Putra lalu naik lagi dari stesen PWTC. Beruntung, tiba-tiba penasaran sama bus paling depan dan lebih sepi. Ternyata tujuan bus itu ke stesen Sentul Timur. Itu line yang menuju Masjid Jamek! Salut banget di sana benar-benar mikirin alternatif transportasi ketika ada perbaikan di salah satu jalurnya. Sampai di Stesen Masjid Jamek pukul 12:00 dan belum waktu Dzuhur. Padahal udah lemes gendong tas, rasanya menguap karena kepanasan, bawaannya pengen glosoran~~
Akhirnya jalan keliling daerah kolonial. Kalau di Jakarta seperti daerah Kota Tua.
Sudah waktu dzuhur, langsung masuk ke Masjid Jamek, dan kami pun berpisah. Sudah lewat waktu dzuhur dan mas tak kunjung datang. Diduga dia bobo ciang~
Oiya, Masjid Jamek ini dibuka untuk umum ya, kecuali pada waktu ibadah. Di depan gerbang akan ada penjaga. Wajib berpakaian sopan. Perempuan harus pakai hijab. Kalau tidak pakai, di depan ada peminjaman hijab. Laki-laki tidak boleh pakai celana pendek. Di sana juga ada peminjaman sarung kok.
Setelah melepas lelah di Masjid Jamek, lanjut ke Petaling Street cari oleh-oleh. Waktu di Batu Caves, mas tertarik buat beli gantungan kunci ataupun magnet. Aku kasih saran nanti aja di Petaling. Selain harganya lebih murah, pilihannya banyak. Jadi bisa pilih-pilih dan mikir mau beliin apa. Terbukti, harga gantungan kunci di Petling lebih murah! Bahkan pas lewat Kasturi Walk, di sana juga ada gantungan kunci dan harganya sama seperti yang kami lihat di Batu Caves.
Setelah melepas lelah di Masjid Jamek, lanjut ke Petaling Street cari oleh-oleh. Waktu di Batu Caves, mas tertarik buat beli gantungan kunci ataupun magnet. Aku kasih saran nanti aja di Petaling. Selain harganya lebih murah, pilihannya banyak. Jadi bisa pilih-pilih dan mikir mau beliin apa. Terbukti, harga gantungan kunci di Petling lebih murah! Bahkan pas lewat Kasturi Walk, di sana juga ada gantungan kunci dan harganya sama seperti yang kami lihat di Batu Caves.
Lelah, panas, haus, dan lapar. Akhirnya mampir makan siang yang tertunda di Restoran Yusoof & Zakkir. Sebelum ke KL (lagi) aku coba googling tempat makan halal di sekitaran Petaling Street atau Kasturi Walk (karena waktu pertama kali ke KL makan seadanya aja dan kebetulan teman perjalanan waktu itu kurang suka dengan makanan a la timur tengah).
Aku cuma pesan cheese prata karena merasa masih punya onigiri salmon dan mas pesan nasi briyani dan lamb masala. Baru sadar ketika makanan datang, ternyata porsi cukup besar dan dia harus makan sendiri karena aku gak doyan kambing.
Selesai makan, buru-buru ke Stesen Pasar Seni karena langit mulai gelap. Ketika nunggu kereta, hujan turun. Sampai tiba di stesen KLCC pun hujan deras. Akhirnya cuma bisa stay di di dalam Mall Suria KLCC. Sejujurnya, hujan ini mengacaukan rencana. Seharusnya, pukul 17:00 waktu KL kami harusnya sudah di Terminal Bandar Tasik Selatan untuk melanjutkan perjalanan ke Melaka. Kami bermalam di Melaka lalu esoknya eksplor Melaka lalu kembali ke Jakarta. Apalah daya rencana tinggal rencana~
Ketika merasa langit sudah cerah, kami berjalan menuju foto spot Twin Tower. Ternyata masih gerimis. Kita tetap lanjut karena takut kemalaman sampai di Melaka. Asyik foto bikin lupa diri. Ketika nengok ke belakang, ternyata sudah ramai sama orang-orang dan rombongan yang foto-foto. Setelah puas foto, mau ke destinasi selanjutnya, aku kasih tau mas kalau di balik gedung ini ada taman dan bisa foto dengan latar Twin Tower juga. Dia pun langsung semangat buat foto lagi 🤦🏻♀️
Off to Melaka
Ini sudah di luar rencana.
Setelah puas foto, kami balik ke KL Sentral lalu bertolak ke Terminal Bandar Tasik Selatan naik KLIA Transit karena mas penasaran sama kereta bandara di sini. KLIA Transit bisa dikatakan sama seperti KLIA Express ya, bedanya KLIA Express langsung ke bandara (KLIA dan KLIA2) sedangkan KLIA Transit berhenti dibeberapa stasiun besar seperti Tasik Selatan dan Putrajaya.
Biaya dari KL Sentral ke Tasik Selatan dengan KLIA Transit sebesar RM8.20 per orang. Ini kereta cepat ya, jadi tarifnya pun berbeda dengan tarif MRT, LRT, Monorail, ataupun KTM Commuter. Sampai di Stesen, sempat salah jalan menuju terminal. Sampai di dalam terminal, seperti hasil baca-baca blog orang, Terminal Bersepadu Selatan ini gede banget!! Rasanya kayak bukan terminal.
Loket pembelian tiket di sini sudah terintegrasi ya. Cuma ada loket penjualan tiket bus dan loket penukaran tiket bus jika kita beli via online. Jadi gak ada loket tiket PO Bus A atau PO Bus B ataupun yang lain. Kita pun gak bisa pilih mau naik PO Bus apa. Mereka jual berdasarkan jadwal. Tenang aja, busnya bagus-bagus kok. Range harga bus pun gak berbeda mulai dari RM10 sampai RM18. Perbedaannya cuma dari kapasitas tempat duduk di dalam bus. Niatnya mau naik bus yang pukul 20:00, tapi petugas konter kasih bus pukul 20:30 karena takut gak keburu. Eh, benar dong, jarak dari konter ke gate bus jauh. Kami agak lari-larian. Ternyata, bus pukul 20:00 delay. Mas ke toilet dulu persiapan perjalanan jauh. Tiba-tiba petugas teriak "Melaka! Melaka!". Langsung tanya untuk keberangkatan kapan.. Ternyata keberangkatan pukul 20:30. Langsung panik karena mas belum balik dari toilet! Ketika panik, tiba-tiba mas muncul sambil senyam-senyum. Ketika ku bilang bus mau jalan, langsung kaget dan lari ambil tas lalu masuk bus.
Bus yang kita naiki tempat duduknya gede, jarak antar tempat duduk pun luas. Nyaman banget kalau mau tidur. Sepanjang jalan pun tidur dan begitu terbangun sudah sampai Melaka Sentral.
Dari Melaka Sentral ke hotel?
Kita jalan kaki! Iya, jalan kaki!
Awalnya cuma kasih tau kalau dari terminal ke hotel bisa jalan kaki. Itu opsi kalau sampai Melaka masih sore. Kenyataannya, kita males daftar grab dengan nomor Malaysia dan termotivasi aplikasi penghitung langkah buat bikin rekor berjalan kaki!
Sampai hotel hampir tengah malam. Mau ke Jonker Street pun, samar-samar terdengar suara hujan.
Huft, batal menikmati malam minggu di Jonker Street 😭
Sampai hotel hampir tengah malam. Mau ke Jonker Street pun, samar-samar terdengar suara hujan.
Huft, batal menikmati malam minggu di Jonker Street 😭
Comments
Post a Comment