Skip to main content

Lampung, Way Kambas, dan Cerita Tentang Gajah

Hari kedua di Lampung.
Kami sudah janjian dengan pak Tino untuk dijemput pukul 08:00 dan langsung menuju Way Kambas.
Sekitar pukul 08:30, setelah sarapan di penginapan, kami langsung checkout dan berangkat ke Way Kambas. Perjalanan yang di tempuh cukup atau mungkin sangat jauh. Kurang lebih 110 km dari Bandar Lampung atau sekitar 2-3 jam perjalanan. Sepanjang perjalanan, jalan tak selalu mulus. Ya sebelum berangkat ke Lampung, saya membaca beberapa tulisan yang menyayangkan kondisi jalan menuju tempat wisata di Lampung. Padahal potensi wisata di Lampung cukup banyak.

ketemu gajah dan mahout saat menuju TNWK
Sekitar pukul 11:00, kami sampai di gerbang masuk. Kami harus membayar Rp30.000 untuk tiket masuk berdua (driver sering kali tidak dikenakan tiket masuk tempat pariwisata, kecuali mobil tetap bayar). Memasuki Taman Nasional Way Kambas, ditengah perjalanan kami melihat sekumpulan monyet di pinggir jalan. Sepertinya merek berharap pengunjung yang lewat memberinya makanan. Lalu kami bertemu mahout (sebutan untuk pawang gajah) sedang menunggangi gajah. Sepertinya mereka baru saja selesai patroli dari hutan.


gajah di sekitar arena pertunjukan
Sesampainya di dalam Taman Nasional Way Kambas, hmm kalau saya pribadi sih kecewa. Iya. Ketika kami datang, suasananya sepi dan di beberapa titik terlihat tidak terawat. Kami berjalan ke arah arena atraksi. Tempatnya menyerupai stadion, tapi sepi dan tak terawat. Yang menari, di tembok stadion di lukis seniman lokal, entah siapa. Jadi terlihat bagus dan mencuri perhatian. Sepertinya tembok itu merupakan salah satu spot foto terbaik di sana. Ternyata, arena atraksi kosong. Melihat sekitar, aku menemukan tiga ekor gajah sedang asyik makan rumput. Dilihat dari ukuran badannua, sepertinya mereka gajah berusia remaja. Sang gajah pun langsung jadi objek foto kami.

keliatan gak gajahnya?
Lanjut berkeliling, di sana ada kolam minum dan kolam mandi untuk para gajah. Berjalan lagi ke arah belakang, kami menemukan kandang gajah. Bukan kandang seperti di kebun binatang ya, tapi tanah luas dibatasi tanaman dan pengunjung dilarang masuk.

Masih penasaran, "Kok cuma segini aja? Kok gajahnya sedikit?" Akhirnya Septa bertanya ke petugas yang sedang duduk di teras ruang pengelola. Ternyata, hari itu memang tidak ada atraksi karena pengunjung hanya sedikit. Gajah yang kami temui disekitar arena atraksi, memang gajah yang sudah disiapkan untuk unjuk gigi. Petugas pun menyarankan untuk naik gajah. Awalnya, aku kurang setuju dengan usulan itu karena dari tadi kulihat yang naik gajah hanya berkeliling disekitar taman saja. Lalu, petugas menambahkan, "sudah datang jauh-jauh, bawa kamera juga, mending sekalian minta naik gajah yang jauh mbak. Masuk rawa, menyeberang air, jalan ke hutan."
Mendengar usulan itu, langsung dibenak menyetujuinya. Kami segera bertanya ke penjual karcis dan benar saja, kami bisa menunggangi gajah (bersama mahout -sebutan untuk pawang gajah) selama 30 menit atau 1 jam. Setelah mempertimbangkan waktu pulang, kami rasa masih cukup jika memilih trekking selama 1 jam. Perjalanan pun dimulai. Septa menunggangi Salmon, gajah jantan dengan gading yang sudah tumpul. Aku menunggangi Arni.
Aneh ya, gajah kok dikasih nama jenis ikan? Memang kasih namanya gimana? "Yaaa dulu sih asal aja mbak. Bahkan dikasih nama pacar pawangnya. Hahaha... kalau sekarang sih, namanya sudah titipan pak menteri. Makanya namanya bagus-bagus." Jawab Pak Mahfud.

Gajah pemalu, mau di foto malah ngumpet
Kami berjalan menyusuri samping kandang gajah. Lalu turun ke bawah, menuju rawa-rawa. Kemudian berjalan menyeberangi rawa-rawa. Lalu sedikit menanjak, memasuki tanah lapang yang sudah ditumbuhi rumput dan tanaman tinggi. Ada pohon juga. Suasananya seperti di savana. Kalau kata Pak Mahfud, ini Serengeti Indonesia. Sepanjang jalan, Arni sembari makan. Yaaa tiap lihat rumput, langsung diambil pakai belalainya, lalu nyam nyam! Ketika di rawa pun juga begitu. Malah makin senang sambil rumputnya dicuci dengan cara mengibaskan belalainya yang memegang rumput ke kanan dan ke kiri.

salah satu karya di dinding arena pertunjukan yang hasilnya 3D
lihat modelnya aja, ekspresinya natural~
Sepanjang trekking, ngobrol asyik sama Pak Mahfud. Ternyata, selain gajah di TNWK ada konservasi harimau dan badak sumatera. Meskipun secara geografis Lampung dekat dengan Banten, tapi badak di sana  bercula dua. Bukan bercula satu seperti di Taman Nasional Ujung Kulon. Harimau dan badak berada di zona satu atau zona inti. Tak sembarang orang boleh masuk. Harus memiliki izin khusus, seperti melakukan penelitian. Selain itu, di dalam hutan juga ada beruang madu dan tapir.
Di TNWK, ada gajah yang baru berusia empat bulan. Namanya Desti. Diakhir perjalanan, saya berpapasan dengan Kartijah, Joni -anak Kartijah, Desti, dan ibunya Desti. Kata Pak Mahfud, "Kartijah itu gajah pertama yang dilatih di sini. Sifatnya keibuan banget mbak. Ibu-ibu gajah yang lain, kalau anak-anaknya nyusu sama Kartijah yaa biasa aja. Mungkin merasa aman. Dan Kartijah itu sayang banget sama anak-anak gajah yang misalnya kami temukan di hutan karena terkena jerat. Saya gak tau sih mbak, mungkin ada bahasa binatang. Nah, mungkin si Kartijah nanya, 'kamu kenapa?' Hehehe.. Gajah aja mau ngerawat anak gajah lain, masa kita yang manusia malah buang anaknya ya mbak."

Saya juga melihat seekor anak gajah yang berhasil diselamatkan dari jerat di hutan. "Ketika ditemukan kondisinya menyedihkan mbak. Belalainya hampir putus. Hanya sisa sekitar satu jengkal." Kata Pak Mahfud sambil jarinya dilebarkan seperti menghitung jengkal.
"Badannya juga kurus karena ternyata terkena cacingan. Dia terpisah dari rombongannya. Sebenarnya rombongannya balik lagi, jemput dia. Ada kayaknya mereka dua kali menjemput. Kan kami pantau. Tapi dia gak mau ikut. Mungkin sudah merasa lemah ya. Akhirnya, kita evakuasi ke sini. Kan angkutnya pakai truk, nah saya belum lihat kondisinya. Sebelum berangkat, saya minta buka lagi, lalu saya taruh pisang. Ternyata cara makannya dia sedot kayak vakum sampai tinggal sedikit. Lalu dia ambil, maksudnya mau dimasukkan ke mulut. Eh, malah jatuh. Haduh, kasian mbak.."
Mendengar ceritanya sedih banget. Belalai si anak gajah mungkin tumbuh lagi. Cacat permanen. Mungkin kalau manusia, bisa saja pakai tangan atau kaki palsu, tapi mereka tidak bisa. Padahal belalainya alat untuk mereka makan, minum, bekerja. Kalau di manusia, belalai itu tangan kita.
Pak Mahfud melanjutkan cerita, "Kalau makan, kita carikan rumput dan ditaruh di dekat dia. Karena kan susah pakai belalainya. Sekarang sih, dia sudah mulai mandiri. Rumputnya tetap dicarikan, tapi walaupun jaraknya gak didekat dia, dia sudah tau cara mengambil."

Mendengar cerita Pak Mahfud yang cukup tau banyak TNWK, jadi penasaran siapa sih sebenarnya Pak Mahfud. "Hehehehe kebetulan saya kepala bagian konservasi mbak. Jadi, saya gak cuma pegang Arni, tapi harus kenal semuanya. Apa kelebihannya Arni, apa kepintarannya Salmon, Bagaimana sifatnya Kartijah."
Kalau ada pembaca yang kenal Pak Mahfud dan ternyata saya salah menyebutkan jabatan beliau, mohon diralat ya.
Diakhir perjalanan, kami foto bersama. Baru kusadari kalau ternyata di mata Arni ada benjolan seperti daging tumbuh. Ternyata kata Pak Mahfud, Arni memang sedang sakit mata. Tenang saja, sudah ditangani oleh dokter hewan di TNWK.



INFO:
Cara ke Way Kambas
Selain sewa mobil, bisa juga naik bus Damri dari terminal Rajabasa, Bandar Lampung. Bentuknya seperti bus Transjakarta yang berwarna biru. Busnya benar-benar masuk ke TNWK. Untuk biaya silahkan ditanyakan langsung ke Pool Damri Rajabasa.

Taman Nasional Way Kambas
Tiket masuk 2 orang Rp30.000
Parkir Mobil Rp10.000
Naik Gajah Rp20.000/orang, jalan disekitar TNWK
Naik Gajah Rp150.000/orang/30 menit, sedikit trekking
Naik Gajah Rp250.000/orang/60 menit
(mungkin saja ada perubahan harga)


 
Bus Damri
Bus Damri tidak seperti tiket kereta atau pesawat yang bisa di booking via online atau dibeli ketika masih di tempat asal. Beli tiket harus di pool Damri Rajabasa atau tempat keberangkatan di Stasiun Tanjung Karang. Tarif bus Damri:
Bisnis AC
Bandar Lampung – Jakarta (Gambir): Rp 155.000
Bandar Lampung – Bekasi: Rp 170.000
Bandar Lampung – Bandung: Rp 190.000

Executive
Bandar Lampung – Jakarta (Gambir): Rp 200.000
Bandar Lampung – Bogor: Rp 215.000
Bandar Lampung – Bandung: Rp 225.000

Royal Class
Bandar Lampung – Jakarta (Gambir): 230.000
Bandar Lampung – Bogor: 250.000
Bandar Lampung – Bandung: 260.000
Bandar Lampung – Bekasi: Rp 245.000


Jadwal Keberangkatan Damri Lampung:
Bandar Lampung – Jakarta (Gambir)  : Pagi Jam 08.00 – 10.00 dan Malam Jam 20.00 – 21.00
Bandar Lampung – Bogor: Malam Jam 21.00
Bandar Lampung – Bandung: Malam Jam 20.00 – 21.00
Bandar Lampung – Bekasi : Malam Jam 21.00

 
Nomor Layanan:
Loket Damri Stasiun Kereta Api Tanjung Karang: 0812-4147-4455
Loket Pool Damri Rajabasa: 0823-2500-0101
Sewa mobil
Kami sewa mobil dengan nama pemilik Bapak Sofyan. Harga sewa di web mungkin ada perubah. sebaiknya hubungi langsung. Jika sewa dengan supir, di akhir perjalanan akan diberikan nota atas sewa mobil.

Comments

Popular posts from this blog

#TentangBrunei: Belanja Oleh-oleh di Brunei

Assalamu'alaikum, Bagian tersulit dari perjalanan kali ini adalah cari oleh-oleh. Sebenarnya aku sudah memulai mengurangi belanja oleh-oleh untuk orang lain, pengecualian ke teman dekat dan tim kerja yang kelimpahan pekerjaanku saat aku cuti. Kalau untuk diri sendiri aku masih suka beli. Minimal, magnet kulkas atau tumbler  Starbucks geographic series. Tapi karena salah satu temanku ini sangat suka membeli oleh-oleh, jadi kami harus banget beli oleh-oleh. Bagi (kebanyakan) orang Indonesia, memberikan oleh-oleh untuk orang-orang terdekat setelah melakukan perjalanan atau liburan menjadi semacam kewajiban. Selama di Brunei cukup bingung mencari toko yang menjual souvenir dengan ciri khas Brunei. Bahkan mencoba googling pun, menurutku hasilnya kurang memuaskan. Setelah bertanya ke pemilik apartemen, kami diarahkan ke toko Happy Star Brunei Souvenir Shop yang berada di daerah Gadong. Di sini kalian bisa menemukan gantungan kunci, magnet hiasan kulkas, hiasan meja dari akrili...

LOOKBOOK - lihat saya !!!

yuhhuuuuu udah lama banget yah gak update blog ini. selama ini, daku cuma bermin sambil kuliah. hehe :P kali ini mau cerita akhir-akhir ini lagi sibuk apa. yak akhir-akhir ini seneng banget sama foto-foto. tapiiiiiiii foto fashion. project ini di kerjakan bareng ami dan emir. awalnya sih cuma cerita sama emir kalo gw suka foto-foto sendiri di kamar pake outfit yang buat gue unik dan bikin hti senang. ternyata si emir juga suka. trus akhirnya dia nunjukin web lookbook. gara-gara itu lah, akhir pekan kita mulai foto. percobaan pertamanya sih si emir, setelah itu kita jadi suka belanja dan kita pake buat di foto. nih gue kasih unjuk beberapa fotonyah: ni foto dia waktu takut ketauan orang gara-gara cuma pake semacem tanktop foto doi yang lain. barusan kata cowok gw, mirip engkong-engkong kalo yang ini mah gw. yang fotoin? yaaaahh si emir itu sebagian ajah dr foto kita (aslinya sih lupa foto yang lain ada dimana. hehe) tempat foto kita yang terjauh tuh ada di Candi Su...