Lelah berjalan kaki seharian, sampai penginapan langsung mandi dan tidur! Sempat merasa gak enak sama yang jaga lobi karena kita sampai penginapan tengah malam dan petugasnya mulai bobo manis di sofa. Begitu lihat kami datang, langsung bangun dan melayani kami.
Kami menginap di Hotel Hong. Hotel kecil yang bangunannya menyerupai ruko. Kami pesan kamar twin, yang waktu itu tinggal satu-satunya dan langsung maksa mas kasih kepastian kapan berangkat karena takut kamar hotel keburu sold. Kamarnya kecil, tapi menurutku cukup nyaman untuk istirahat semalam. Kenapa pilih Hotel Hong? Sebenarnya hotel ini gak masuk pilihanku, tapi tiap kali search pasti selalu muncul. Mungkin karena rating bagus dan harganya pun on budget. Kalau lihat fotonya, duh, aku maunya ngerasain hotel yang lucu dan instagramable gituuu. Ternyata pas baca review, di Hotel Hong kasih free wifi dan air panas di kamar mandi (ini mah udah biasa), free flow buat teh & kopi (nah, jarang banget nih hotel kasih ini. Jadi, di luar kamar ada dispenser & galon air, gelas, kopi, teh, gula, krimer. Asyik banget kan?), yang oke banget nih, di Hotel Hong ada fasilitas antar ke terminal gratis! Itu jadi poin plus plus nya. Iya, di Melaka tuh susah banget kendaraan umum. Kalaupun ada, mesti jalan ke ujung Jonker Street dan nunggu bus yang gak sebentar. Rutenya pun, mesti sabar karena memutar dan bisa memakan waktu 30-60 menit, menurut blog yang kubaca yaa. Makanya, langsung mantap buat booking hotel ini dan mengabaikan hotel-hotel yang instagramable. Enaknya lagi, lingkungan sekitar Hotel Hong itu sepi. Jadi nyaman buat istirahat. Dan, patokan gampangnya adalah ada salah satu masjid tertua di Melaka, Masjid Kampung Kling. Oiya, disamping hotel ada lahan luas dan sign board tempat parkir kalau mau ke Jonker Street. Mungkin buat orang asli sana yang mau menghabiskan sabtu minggu ke Melaka naik mobil, kalau nginap di Hotel Hong bisa parkir disana. Ah, satu lagi, pelayanan dan pemiliknya ramah! Will definitely comeback!
Keliling Melaka berjalan kaki
Hahahahha iya, kami jalan kaki lagi. Kalau area Melaka sih pasti luas, tapi kami cuma jalan di daerah heritage. Jadi bisa dikelilingi dengan berjalan kaki, bisa langsung jalan ke tujuan, bisa juga sambil susur sungai. Kalau susur sungai, jalannya agak memutar karena mengikuti alur sungai. Tapiiii, jalannya asyik kok.. Sudah tertata rapi ada jalur pejalan kaki dan diberi pagar. Disepanjang jalur pejalan kaki, ada papan himbauan manfaat berjalan kaki. Maksudnya mungkin biar masyarakat dan turs termotivasi buat olahraga ringan dengan berjalan kaki.
Hahahahha iya, kami jalan kaki lagi. Kalau area Melaka sih pasti luas, tapi kami cuma jalan di daerah heritage. Jadi bisa dikelilingi dengan berjalan kaki, bisa langsung jalan ke tujuan, bisa juga sambil susur sungai. Kalau susur sungai, jalannya agak memutar karena mengikuti alur sungai. Tapiiii, jalannya asyik kok.. Sudah tertata rapi ada jalur pejalan kaki dan diberi pagar. Disepanjang jalur pejalan kaki, ada papan himbauan manfaat berjalan kaki. Maksudnya mungkin biar masyarakat dan turs termotivasi buat olahraga ringan dengan berjalan kaki.

Sebelumnya, seorang teman yang baru saja ke Melaka di Bulan Maret cerita kalau orang-orang di Melaka suka banget sama makanan bulet-bulet. Kukira kelapa, itu mah udah biasa. Ternyata maksudnya adalah semangka. Katanya, itu semangka dibolongin dan entah diapain sampai bisa diminum pakai sedotan dan dibawa sambil jalan. Temanku geregetan. Menurutnya, semangka kan berat, kenapa mau aja minum dan bawa-bawa benda berat itu. Sumpah deh, aku gak bisa membayangkan kayak apa dan gimana.
Turun di dermaga yang tepat berada di seberang Bangunan Merah. Ketika aku menyeberang duluan ke arah Bangunan Merah, terdengar mas teriak, "MBAK MAY, ITU APAAA? AKU MAU ITU"
Posisiku udah di depan Bangunan Merah, sedangkan mas masih di dekat dermaga, memperhatikan yang dia tunjuk. Ketika aku lihat, OH MY GOD ! Itu semangka yang di maksud temankuuuu!! Benar loh, dipinggir sungai, orang pada duduk-duduk sambil menyeruput semangka. Tapi kami memutuskan untuk eksplor daerah sekitar dulu, baru "minum" semangka.
Kami lihat-lihat Bangunan Merah. Bangunan ini adalah sebuah gereja yang di cat warna merah. Di sini juga dijadika titik nol kilometer Melaka. Sebenarnya, aku penasaran sama interior di dalamnya, tapi sepertinya lagi ada jadwal ibadah. Akhirnya di sini cuma foto-foto aja. Entah kenapa yang ke Melaka tuh banyak pelancong yang udah oma-oma dan opa-opa loh. Seru banget lihat mereka naik sepeda hias yang full music lagu-lagu Korea lama yang genre trot (Kalau suka nonton Runningman pasti bakal familiar sama beberapa lagu kayak lagu Love Battery, What's Wrong with My Age)
Di sini, durian ada beberapa jenis. Varian terbaiknya adalah Musang King. Harganya pun mahal dan warna dagingnya kuning keemasan, bahkan agak terlihat oranye. Mohon maaf jenis durian yang lainnya agak lupa dan warna dagingnya pun berbeda-beda setiap jenisnya. Begitu pula rasanya!
Kami pesan cendol durian yang jenis menengah. Gak terlalu mahal dan rasanya manis. Wah, beneran enak!
Lanjut nih..
Jadi, belum sarapan makanan, tapi perut sudah terisi cendol durian. Di perjalanan balik ke hotel, teringatlah dengan semangka. Semangat 45 banget si mas, jalan di depanku. Pokoknya aku ditinggal deh padahal cuma foto-foto landmark dan suasana sekitar loh
Setelah tanya-tanya penjual semangka, deal beli semangka. Awalnya masih asyik, duduk pinggir sungai sambil minum semangka. Begitu lihat jam, panik karena harus checkout. Akhirnya semangka dibungkus. Berarti, perut ini belum terisi makanan tapi sudah penuh dengan cendol durian dan semangka.
Pulang ke hotel kami jalan kaki melewati Jonker Street yang batal kami datangi semalam. Suasana pecinan, toko-toko di sepanjang jalan, dan tanpa kemacetan walaupun mobil lewat dijalan yang kecil. Aku pribadi sih suka sama suasananya. Oiya, sebenarnya kalau mau blusukan, di Melaka banyak mural di tembok loh. Terutama di tembok atau bangunan yang menghadap sungai. Mungkin itu salah satu cara untuk memanjakan mata para turis ketika river cruise. Karena waktu checkout sebentar lagi, kami gak blusukan demi feed instagram. Kami fokus jalan menuju hotel. Sebenarnya sayang sih gak ada kesempatan buat cari-cari dan berfoto dengan mural, tapi sudah cukup terwakili kok waktu river cruise.
Sampai hotel, kita mandi dan siap-siap check out.
Setelah check out, kita masih ada waktu buat makan siang. Jadi, kita jalan di jonker street. Niatnya cari makan, yang ditemukan malah cendol durian lagi !
Yak, ini cendol durian kami yang kedua!
Setelah check out, kita masih ada waktu buat makan siang. Jadi, kita jalan di jonker street. Niatnya cari makan, yang ditemukan malah cendol durian lagi !
Yak, ini cendol durian kami yang kedua!
Makan siang? Entah mau makan di mana. Belum ada ide. Sebenarnya pengen coba chicken rice ball, tapi restoran yang terdekat katanya non halal. Kalau mau yang halal harus berjalan jauh dulu. Akhirnya kami putuskan cari makanan yang lain.
Ditengah kebingungan mau makan apa, mas ide ziarah makam. Ketika lagi jalan, kami melihat papan bertuliskan "Makam Syamsudin Al-Sumatrani". Aku setuju aja karena memang lagi bingung juga mau makan apa. Kami berjalan mencari makam tersebut. Rasanya berjalan berputar di satu titik saja karena tiba-tiba tembus di gang yang tak jauh dari hotel atau tiba-tiba di halaman belakang rumah orang. Akhirnya setelah putar-putar daerah sekitar, akhirnya ketemu makam yang di maksud. Tempatnya memang blusuk ke rumah warga, makanya kami nyasar ke halaman belakang rumah orang. Hahahaaaa...
Disana kami bertemu sang penjaga makam. Bapak paruh baya, ramah, bukan orang asli Melaka, tapi logatnya kental sekali -berasa lagi nonton Upin Ipin, dan senang ngobrol karena kami agak kesulitan untuk menyudahi obrolan. Berkat si bapak, kami jadi tahu mau makan apa. Terima kasih atas keramahan bapak, semoga bisa bertemu lagi di laih waktu dan kesempatan.
Perjalanan mencari makan pun berlanjut. Kami menuju tempat makan yang disarankan Pak Cik.
Tempat makannya tepat di belakang hotel Case Del Rio. Kami pesan asam pedas daging, nasi putih komplit dengan toge dan telur asin, tambahan telur ceplok. Nah, yang bikin gemes nih, pake tambah minum teh susu! Padahal masih punya semangka! Ampun deh mas!!
Selesai makan, dapat kabar dari pihak hotel kalau mobil yang akan mengantar kami ke terminal Melaka Sentral sudah menunggu. Lari-larianlah kami. Sampai di Melaka Sentral, suasananya mirip bawah tanahnya terminal Blok M loh. hehehe. Sempat dibuat gemes sama pengemudi bus. Setelah beli tiket kami menunggu di depat pintu sesuai instruksi. Ketika ada bis datang, kami tanya, "ke airport?", gak digubris. Beberapa saat kemudia karena masih penasaran, si mas tanya, "Kalau mau solat dulu masih sempat gak?", eh, langsung penumpangnya disuruh masuk. Mbok ya daritadiii....
Perjalanan Melaka Sentral ke KLIA seharusnya bisa ditempuh dalam waktu satu jam. Kenyataannya, hari itu butuh waktu hampir tiga jam untuk sampai. Bikin degdegan!! Apa lagi sebelumnya kami berencana untuk mampir ke KLIA2 untuk belanja oleh-oleh (karena ku merasa di KLIA2 tenant-nya lebih banyak) dan tiket yang kami beli pun tujuannya ke KLIA2. Beruntung ada penumpang yang juga akan ke KLIA (ketika di KLIA2 hampir seluruh penumpang turun). Sampai di KLIA, baru sadar dong kalau ternyata si semangka masih dibawa!!! Baiklah, dengan berat hati, kami harus meninggalkanmu di samping tempat sampah (karena gak muat dimasukin ke tempat sampah).
Selanjutnya selama di bandara kami terus berlari demi bisa check in dan gak ketinggalan pesawat. Ini beneran gak terduga loh karena kami sudah coba spare waktu 3-4 jam, tapi macet gak bisa ditebak. Yang bikin lemas lagi tuh ketika dikasih tau kalau gate pesawat kami harus naik kereta dulu karena tempatnya terpisah dari bangunan utama. Ampuuuunn, makin degdegan!
Alhamdulillah kami bisa pulang. Bahkan pas di ruang tunggu, sempat agak delay beberapa menit. jadi masih bisa atur nafas. Sepanjang perjalanan di dalam pesawat, kami berusaha menyelesaikan soal matematika, "berapa uang yang kami habiskan selama dua hari ini". Serius, bikin mumet berdua padahal gampang loh! Cuma tambah, kurang, kali, bagi, tapi kami gak nemu hasil yang pas dengan uang yang tersisa 😅
Akhir kata, terima kasih untuk 2 hari 1 malam yang cukup padat. Ku tunggu ajakan jalan-jalannya lagi~
Disana kami bertemu sang penjaga makam. Bapak paruh baya, ramah, bukan orang asli Melaka, tapi logatnya kental sekali -berasa lagi nonton Upin Ipin, dan senang ngobrol karena kami agak kesulitan untuk menyudahi obrolan. Berkat si bapak, kami jadi tahu mau makan apa. Terima kasih atas keramahan bapak, semoga bisa bertemu lagi di laih waktu dan kesempatan.
Perjalanan mencari makan pun berlanjut. Kami menuju tempat makan yang disarankan Pak Cik.
Tempat makannya tepat di belakang hotel Case Del Rio. Kami pesan asam pedas daging, nasi putih komplit dengan toge dan telur asin, tambahan telur ceplok. Nah, yang bikin gemes nih, pake tambah minum teh susu! Padahal masih punya semangka! Ampun deh mas!!
Selesai makan, dapat kabar dari pihak hotel kalau mobil yang akan mengantar kami ke terminal Melaka Sentral sudah menunggu. Lari-larianlah kami. Sampai di Melaka Sentral, suasananya mirip bawah tanahnya terminal Blok M loh. hehehe. Sempat dibuat gemes sama pengemudi bus. Setelah beli tiket kami menunggu di depat pintu sesuai instruksi. Ketika ada bis datang, kami tanya, "ke airport?", gak digubris. Beberapa saat kemudia karena masih penasaran, si mas tanya, "Kalau mau solat dulu masih sempat gak?", eh, langsung penumpangnya disuruh masuk. Mbok ya daritadiii....
Perjalanan Melaka Sentral ke KLIA seharusnya bisa ditempuh dalam waktu satu jam. Kenyataannya, hari itu butuh waktu hampir tiga jam untuk sampai. Bikin degdegan!! Apa lagi sebelumnya kami berencana untuk mampir ke KLIA2 untuk belanja oleh-oleh (karena ku merasa di KLIA2 tenant-nya lebih banyak) dan tiket yang kami beli pun tujuannya ke KLIA2. Beruntung ada penumpang yang juga akan ke KLIA (ketika di KLIA2 hampir seluruh penumpang turun). Sampai di KLIA, baru sadar dong kalau ternyata si semangka masih dibawa!!! Baiklah, dengan berat hati, kami harus meninggalkanmu di samping tempat sampah (karena gak muat dimasukin ke tempat sampah).
Selanjutnya selama di bandara kami terus berlari demi bisa check in dan gak ketinggalan pesawat. Ini beneran gak terduga loh karena kami sudah coba spare waktu 3-4 jam, tapi macet gak bisa ditebak. Yang bikin lemas lagi tuh ketika dikasih tau kalau gate pesawat kami harus naik kereta dulu karena tempatnya terpisah dari bangunan utama. Ampuuuunn, makin degdegan!
Alhamdulillah kami bisa pulang. Bahkan pas di ruang tunggu, sempat agak delay beberapa menit. jadi masih bisa atur nafas. Sepanjang perjalanan di dalam pesawat, kami berusaha menyelesaikan soal matematika, "berapa uang yang kami habiskan selama dua hari ini". Serius, bikin mumet berdua padahal gampang loh! Cuma tambah, kurang, kali, bagi, tapi kami gak nemu hasil yang pas dengan uang yang tersisa 😅
Akhir kata, terima kasih untuk 2 hari 1 malam yang cukup padat. Ku tunggu ajakan jalan-jalannya lagi~
Comments
Post a Comment