Skip to main content

Finally, Bali #5

#5

Senin, 8 Oktober 2018


Hari kelima, hmmm ini sangat sulit karena awal rencana kami mau ke Nusa Penida. Berhubung teman yang lain join, jadi trip ke Nusa Penida sudah kami lakukan di hari jumat. Akhirnya coba Nasi Pedas Ibu Andika. Ternyata, menurutku biasa aja. Kalau kata teman kayak makanan di warteg. Iya juga sih. Tempat makan ini terkenal karena promosinya ok. Sudah kenyang, sambil bayar, sambil ngobrol sama kasir dan memantapkan hati ke pantai.

Pantai Pandawa
Sebenarnya karena aku salah lokasi GPS sih. Niatnya ke Pantai Melasti Ungasan, karena arahnya sama seperti ke arah Pantai Pandawa, jadi sampainya di Pantai Pandawa deh. Air laut sedang surut. Pantainya jadi terlihat kotor karena penuh karang dan kerang yang patah dan rumput laut. Air lautnya biasa aja. Tak ada niat untuk menceburkan diri.






Pantai Melasti Ungasan
Setelah melanjutkan perjalanan, sampailah di Pantai Melasti Ungasan. Dengar-dengar, pantainya masih baru jadi belum begitu banyak pengunjung. Fasilitas pun masih minim. Karena air laut sedang surut, jadi ada cekungan seperti kolam di pinggir pantai. Bahkan orang bisa ke tengah laut dengan berjalan kaki. Berawal iseng main air and surprisingly airnya seger banget! Timbullah keinginan untuk nyemplung. Awalnya masih jaim. Celup-celup kaki aja atau jalan ke tengah. Eeeehh, ke trigger sama seorang ibu yang tiba-tiba buka kaosnya (cuma pake kaos you-can-see) lalu nyebur seluruh badan sampai rambut pun basah. Macem iklan sabun atau sampo deh. Langsung lah hati ini luluh lantak. Apalagi udah tau airnya sesegar apa ditengah siang bolong. Akhirnya kami nyebur sebaju-bajunya! Setelah nyebur, si ibu sudah selesai mandi-mandi. Ah, sumpah si ibu seperti hanya ingin menggoda kami. Tapi terima kasih ibu, kami jadi nekat mandi-mandi di laut yang airnya seger banget di siang bolong tanpa bawa baju ganti. Iya! Jadi kita mandi-mandi pake baju terus udah puas naik ke daratan buat berjemur biar kering.



La Plancha
Basah-basahan, bahkan belum benar-benar kering kami melanjutkan perjalanan ke La Plancha. Berniat lihat sunset sambil duduk-duduk cantik di bean bag warna-warni dan makan sesuatu. Dan itu pilihan tepat sembari mengeringkan baju. Walaupun siang terik dan menjelang waktu terbenam super cerah dan silau, sayangnya pas waktunya terbenam tertutup awan. Tapi tenang aja, itu gak bikin kecewa kok karena makanan dan minumannya tak terduga! Ya ku kira di Bali tuh banyak tempat nongkrong atau kafe yang punya tema and that's all. Begitu aja. Cuma buat rasa penasaran aja. Ternyata enggak. Makanannya enak! Macem makan di resto mahal di Jakarta, tapi dibalut sama suasana santai dan pemandangan alam. Mungkin next time ke Bali bakal berusaha keluar masuk kafe buat coba makanannya.












Warung Lincak Ikan Bakar Alas Purwo
Diajak makan malam bareng. Katanya, karena kami belum makan seafood, jadi diajak makan seafood. Gak mirip kayak di Jimbaran sih, tapi masaknya miriplah. Aku mah ikut aja. Kan tim hore.




Beli oleh-oleh di Krisna
Ye, semua orang kalau mau beli oleh-oleh di Bali kemungkinan besar pasti ke Krisna. Toko yang dekat dengan hotel buka 24 jam. Kami samapi di sana sekitar pukul 22:30 atau 23:00. Segala macam oleh-oleh ada di sini. Oiya, buat orang perfeksionis, apa lagi pas bagian pilih-pilih barang sampai detail, better kalian belanja malam. Suasana sepi dan tenang, puas pilih-pilih tanpa terburu waktu atau rebutan sama orang lain atau segala macam distraction. Karena jujur, saat itu udah capek banget.. pengen duduk gak ada kursi di dalem akhirnya muterin toko. Aku kesana cuma mau beli bedcover titipan mama, magnet kulkas titipan mas, dan pie susu. Udah itu aja. Sedangkan temanku beli baju. Nah, ini dia si tipe perfeksionis. Dia pilih-pilih sampe detail loh.. sampai akhirnya bingung sendiri sama model baju yang mau dibeli. Hahahaha...
Pukul 01:00 akhirnya kami pulang ke penginapan. Aaaaaahh, what a day!

Comments

Popular posts from this blog

#TentangBrunei: Belanja Oleh-oleh di Brunei

Assalamu'alaikum, Bagian tersulit dari perjalanan kali ini adalah cari oleh-oleh. Sebenarnya aku sudah memulai mengurangi belanja oleh-oleh untuk orang lain, pengecualian ke teman dekat dan tim kerja yang kelimpahan pekerjaanku saat aku cuti. Kalau untuk diri sendiri aku masih suka beli. Minimal, magnet kulkas atau tumbler  Starbucks geographic series. Tapi karena salah satu temanku ini sangat suka membeli oleh-oleh, jadi kami harus banget beli oleh-oleh. Bagi (kebanyakan) orang Indonesia, memberikan oleh-oleh untuk orang-orang terdekat setelah melakukan perjalanan atau liburan menjadi semacam kewajiban. Selama di Brunei cukup bingung mencari toko yang menjual souvenir dengan ciri khas Brunei. Bahkan mencoba googling pun, menurutku hasilnya kurang memuaskan. Setelah bertanya ke pemilik apartemen, kami diarahkan ke toko Happy Star Brunei Souvenir Shop yang berada di daerah Gadong. Di sini kalian bisa menemukan gantungan kunci, magnet hiasan kulkas, hiasan meja dari akrili...

LOOKBOOK - lihat saya !!!

yuhhuuuuu udah lama banget yah gak update blog ini. selama ini, daku cuma bermin sambil kuliah. hehe :P kali ini mau cerita akhir-akhir ini lagi sibuk apa. yak akhir-akhir ini seneng banget sama foto-foto. tapiiiiiiii foto fashion. project ini di kerjakan bareng ami dan emir. awalnya sih cuma cerita sama emir kalo gw suka foto-foto sendiri di kamar pake outfit yang buat gue unik dan bikin hti senang. ternyata si emir juga suka. trus akhirnya dia nunjukin web lookbook. gara-gara itu lah, akhir pekan kita mulai foto. percobaan pertamanya sih si emir, setelah itu kita jadi suka belanja dan kita pake buat di foto. nih gue kasih unjuk beberapa fotonyah: ni foto dia waktu takut ketauan orang gara-gara cuma pake semacem tanktop foto doi yang lain. barusan kata cowok gw, mirip engkong-engkong kalo yang ini mah gw. yang fotoin? yaaaahh si emir itu sebagian ajah dr foto kita (aslinya sih lupa foto yang lain ada dimana. hehe) tempat foto kita yang terjauh tuh ada di Candi Su...

Lampung, Way Kambas, dan Cerita Tentang Gajah

Hari kedua di Lampung. Kami sudah janjian dengan pak Tino untuk dijemput pukul 08:00 dan langsung menuju Way Kambas. Sekitar pukul 08:30, setelah sarapan di penginapan, kami langsung checkout dan berangkat ke Way Kambas. Perjalanan yang di tempuh cukup atau mungkin sangat jauh. Kurang lebih 110 km dari Bandar Lampung atau sekitar 2-3 jam perjalanan. Sepanjang perjalanan, jalan tak selalu mulus. Ya sebelum berangkat ke Lampung, saya membaca beberapa tulisan yang menyayangkan kondisi jalan menuju tempat wisata di Lampung. Padahal potensi wisata di Lampung cukup banyak. ketemu gajah dan mahout saat menuju TNWK Sekitar pukul 11:00, kami sampai di gerbang masuk. Kami harus membayar Rp30.000 untuk tiket masuk berdua (driver sering kali tidak dikenakan tiket masuk tempat pariwisata, kecuali mobil tetap bayar). Memasuki Taman Nasional Way Kambas, ditengah perjalanan kami melihat sekumpulan monyet di pinggir jalan. Sepertinya merek berharap pengunjung yang lewat memberinya makanan. ...